Sabtu, 25 Januari 2014


Sejenak aku teringat dengan masa kanak-kanakku. Masa yang sangat indah dan mengesankan. Terlebih saat dimana aku merasakan hari pertamaku mengenyam bangku pendidikan. Aku pun sering tertawa sendiri karna dulu aku seorang pemalu dan sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga keadaan itu memaksaku untuk sulit juga mendapatkan teman. Menjalani hari-hari di sekolah seorang diri sudah menjadi rutinitasku saat itu.
Hingga suatu ketika, engkau muncul dalam kehidupanku lewat sebuah ketidak sengajaan. Semua itu berawal dari engkau yang terpilih untuk duduk disampingku. Ya, awalnya aku sempat mengira engkau adalah sosok yang jutek dan galak. Namun, semua anggapanku salah karna ternyata engkau anaknya baik dan ramah. Tidak hanya itu, engkau juga anak yang cerdas. Jadi wajar kalo aku merasa sangat beruntung bisa mengenalmu.
Seiring berjalannya waktu, kami pun semakin dekat. Mulai dari ke kantin bersama, berangkat sekolah bersama (kebetulan rumah kami juga berdekatan), dan mengerjakan tugas pun slalu kami kerjakan bersama. Saat itulah aku benar-benar merasakan sosok sahabat yang selama ini aku idam-idamkan. Bisa dibilang kalo dialah orang pertama yang kupanggil sebagai “SAHABAT”. Shintia Chara Febriyanti namanya. Sejak kehadirannya dalam hidupku, dia mampu mengubah hidupku menjadi penuh warna. Dia juga mampu mengubahku menjadi anak yang berani dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarku seperti sekarang ini. Pokonya engkau benar-benar mengajariku banyak hal.
Tanpa terasa sudah hampir 3 tahun kami bersama. Sudah terlalu banyak waktu yang kami habiskan berdua. Namun kebersamaan itu harus “sirna” karna dia harus pergi. Tepatnya pada tanggal 16 februari 2002 pukul 15.20, dia pergi meninggalkanku untuk selamanya akibat pendarahan yang hebat dikepalanya karna ingin menyelamatkanku dari maut. Perasaan bersalah sangat menghantuiku kala itu. Andai saja aku dapat memutar waktu tentu saja aku tak akan membiarkanmu pergi sobat!!! Kesedihanku memuncak setelah teringat bahwa hari itu bertepatan dengan ulang tahunmu. Masa dimana harusnya engkau merasakan kebahagiaan akibat bertambahnya umurmu harus sirna dan diganti dengan suasana duka yang sangat amat mendalam. Baru kali ini aku benar-benar merasakan kehilangan sahabat yang amat kusayangi dan sudah kuanggap sebagai adikku sendiri…
AKU TELAH GAGAL MENJAGAMU SOBAT!
Tahun pun berganti dan tanpa terasa sekarang sudah memasuki tahun yang ke-9 engkau pergi meninggalkanku. Walau begitu, wajahmu masih melekat jelas dalam benakku. Kini aku telah duduk dibangku SMA kelas 1. Saat aku masuk dikelas ini, kelas ini seakan mengingatkanku tentang saat dimana kita jumpa dulu. Tapi sekarang aku bukan sosok yang pemalu dan sulit beradaptasi seperti dulu lagi. Wajar saja hanya butuh waktu yang singkat untuk mendapatkan sahabat-sahabat yang sepertimu. Awalnya aku tak menyadari ini. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata aku baru menyadari bahwa salah satu dari sahabat baruku ini sangat amat mirip denganmu. APAKAH AKU SEDANG BERMIMPI? Hanya itu yang terlintas dalam pikiranku kala itu. Dirinya sangat mirip denganmu. Mulai dari cara bicaranya, rambutnya, tingkah lakunya, bahkan wajahnya pun tak jauh beda denganmu… Mungkin TUHAN memang sengaja memberi kesempatan untukku agar mampu mengulang semua kenangan denganmu lagi. Atau mungkin TUHAN sengaja menuntutku agar membalas semua kebaikan yang pernah kau buat untukku dimasa lampau itu…
Aku tidak tahu….
Aku bingung….
Dan aku pun tak mengerti…
Aku hanya merasa bahwa sosokmu kembali lagi masuk dalam kehidupanku. Namun aku akan berjanji selama aku masih bernafas, selama jantungku masih berdetak, dan selama aku masih sanggu berjalan, aku akan mencoba untuk membahagiakan sosok yang sangat amat mirip denganmu itu. Mungkin hanya dengan cara itu aku mampu membalas semua kebaikanmu sobat. Semoga engkau bisa melihat semua usahaku dan ikut merasakan kebahagiaannya disana…. …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar