Sejenak
aku teringat dengan masa kanak-kanakku. Masa yang sangat indah dan mengesankan.
Terlebih saat dimana aku merasakan hari pertamaku mengenyam bangku pendidikan.
Aku pun sering tertawa sendiri karna dulu aku seorang pemalu dan sulit untuk
beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga keadaan itu memaksaku untuk
sulit juga mendapatkan teman. Menjalani hari-hari di sekolah seorang diri sudah
menjadi rutinitasku saat itu.
Hingga
suatu ketika, engkau muncul dalam kehidupanku lewat sebuah ketidak sengajaan.
Semua itu berawal dari engkau yang terpilih untuk duduk disampingku. Ya,
awalnya aku sempat mengira engkau adalah sosok yang jutek dan galak. Namun,
semua anggapanku salah karna ternyata engkau anaknya baik dan ramah. Tidak
hanya itu, engkau juga anak yang cerdas. Jadi wajar kalo aku merasa sangat
beruntung bisa mengenalmu.
Seiring
berjalannya waktu, kami pun semakin dekat. Mulai dari ke kantin bersama,
berangkat sekolah bersama (kebetulan rumah kami juga berdekatan), dan
mengerjakan tugas pun slalu kami kerjakan bersama. Saat itulah aku benar-benar
merasakan sosok sahabat yang selama ini aku idam-idamkan. Bisa dibilang kalo
dialah orang pertama yang kupanggil sebagai “SAHABAT”. Shintia Chara Febriyanti
namanya. Sejak kehadirannya dalam hidupku, dia mampu mengubah hidupku menjadi
penuh warna. Dia juga mampu mengubahku menjadi anak yang berani dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan sekitarku seperti sekarang ini. Pokonya engkau
benar-benar mengajariku banyak hal.
Tanpa
terasa sudah hampir 3 tahun kami bersama. Sudah terlalu banyak waktu yang kami
habiskan berdua. Namun kebersamaan itu harus “sirna” karna dia harus pergi.
Tepatnya pada tanggal 16 februari 2002 pukul 15.20, dia pergi meninggalkanku
untuk selamanya akibat pendarahan yang hebat dikepalanya karna ingin
menyelamatkanku dari maut. Perasaan bersalah sangat menghantuiku kala itu.
Andai saja aku dapat memutar waktu tentu saja aku tak akan membiarkanmu pergi
sobat!!! Kesedihanku memuncak setelah teringat bahwa hari itu bertepatan dengan
ulang tahunmu. Masa dimana harusnya engkau merasakan kebahagiaan akibat
bertambahnya umurmu harus sirna dan diganti dengan suasana duka yang sangat
amat mendalam. Baru kali ini aku benar-benar merasakan kehilangan sahabat yang
amat kusayangi dan sudah kuanggap sebagai adikku sendiri…
AKU
TELAH GAGAL MENJAGAMU SOBAT!
Tahun
pun berganti dan tanpa terasa sekarang sudah memasuki tahun yang ke-9 engkau
pergi meninggalkanku. Walau begitu, wajahmu masih melekat jelas dalam benakku.
Kini aku telah duduk dibangku SMA kelas 1. Saat aku masuk dikelas ini, kelas
ini seakan mengingatkanku tentang saat dimana kita jumpa dulu. Tapi sekarang
aku bukan sosok yang pemalu dan sulit beradaptasi seperti dulu lagi. Wajar saja
hanya butuh waktu yang singkat untuk mendapatkan sahabat-sahabat yang
sepertimu. Awalnya aku tak menyadari ini. Namun seiring berjalannya waktu,
ternyata aku baru menyadari bahwa salah satu dari sahabat baruku ini sangat
amat mirip denganmu. APAKAH AKU SEDANG BERMIMPI? Hanya itu yang terlintas dalam
pikiranku kala itu. Dirinya sangat mirip denganmu. Mulai dari cara bicaranya,
rambutnya, tingkah lakunya, bahkan wajahnya pun tak jauh beda denganmu… Mungkin
TUHAN memang sengaja memberi kesempatan untukku agar mampu mengulang semua
kenangan denganmu lagi. Atau mungkin TUHAN sengaja menuntutku agar membalas
semua kebaikan yang pernah kau buat untukku dimasa lampau itu…
Aku
tidak tahu….
Aku
bingung….
Dan aku
pun tak mengerti…
Aku
hanya merasa bahwa sosokmu kembali lagi masuk dalam kehidupanku. Namun aku akan
berjanji selama aku masih bernafas, selama jantungku masih berdetak, dan selama
aku masih sanggu berjalan, aku akan mencoba untuk membahagiakan sosok yang
sangat amat mirip denganmu itu. Mungkin hanya dengan cara itu aku mampu
membalas semua kebaikanmu sobat. Semoga engkau bisa melihat semua usahaku dan
ikut merasakan kebahagiaannya disana…. …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar