(PENINGGALAN
BERSEJARAH DILOMBOK)
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak di
Kepulauan
Nusa Tenggara dengan dua pulau terbesarnya yaitu Pulau
Lombok dan Pulau Sumbawa, selain itu masih terdapat pulau-pulau kecil lainnya.
Provinsi ini beribukota di Mataram dan memiliki enam kabupaten dan satu
kotamadya dengan luas 20.153 km2.
Wilayahnya di Utara berbatasan dengan Laut Jawa, di
Selatan dengan Samudera Hindia, di Timur dengan Selat Sepadan dan di Barat
dengan Selat Lombok. Suku bangsa asli di Pulau Lombok adalah suku bangsa Sasak
yang berdiam di seluruh Pulau Lombok. Perkampungan tradisional mereka sekarang
dapat dijumpai di Sukarare, 24 kilometer dari Mataram dan masyarakatnya
terampil mengerjakan kain tenun ikat.
Di Pulau Sumba, suku bangsa yang dianggap penduduk
asli adalah suku bangsa Sumbawa dan suku bangsa Bima. Selain itu terdapat juga
suku bangsa Bali, yang menurut catatan sejarah, sudah ada di NTB sejak abad
ke-17, mendiami sekitar Mataram dan Cakranegara.
Provinsi NTB menjadi tempat bertemunya tiga kebudayaan
besar di Nusantara; kebudayaan Jawa Kuno, Islam dan Hindu Bali. Pulau Lombok
mempunyai budaya yang khas dan hal ini bisa dilihat dari bangunan bercorak
Hindu Bali dapat dijumpai di Mataram.
Taman Narmada, didirikan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem
pada 1727, adalah duplikat danau Segara Anak. Taman ini dibuat ketika sang raja
sudah terlalu tua untuk mempersembahkan kurban ke puncak Gunung Rinjani. Di
taman ini terdapat mata air awet muda dan sebuah pura Hindu untuk memuja Dewa
Shiwa.
Bangunan bercorak Hindu yang telah terpengaruh Jawa
Kuno dan Islam ada di Taman Mayura, Cakranegara. Upacara adat maupun keagamaan
di Pulau Lombok menampakkan ciri khas yang menunjukkan budaya tersebut melebur
dengan kebudayaan Hindu dan Islam.
Misalnya upacara perang ketupat, diselenggarakan tiap
tahun antara Oktober dan Desember di Pulau Lingsar untuk memohon datangnya
hujan dan kemakmuran. Upacara ini lebih betcorak Hindu Bali, tetapi ketupat
merupakan atribut masyarakat Islam tradisional.
Provinsi ini sangat potensial dalam bidang pariwisata.
Bukan saja panorama alamnya yang indah, atraksi kebudayaan daerah, peninggalan
kuno, dan adat istiadatnya pun memukau. Selain pantai-pantainya yang indah,
juga terdapat Danau Segara Anak yang elok di Puncak Gunung Rinjani.Untuk
menikmati matahari tenggelam, orang bisa melakukannya dan Pura Segara, di bibir
pantai Selat Lombok, Pura Batu Bolong dan Pura Pong Song, yang dibangun di atas
sebuah bukit.
Pada awalnya Nusa Tenggara Barat ini menjadi satu
provinsi bersama dengan Bali, Sumba, dan Flores sampai Timor yang kemudian
dikenal dengan nama Sunda Kecil. Ibukota provinsi Sunda Kecil ini adalah
Singaraja. Baru pada 15 Agustus 1958 provinsi itu dimekarkan menjadi provinsi
Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Sejarah
Pada awal abad ke- 17, Kerajaan Karangasem dari Bali
berhasil menanamkan pengaruhnya di wilayah Barat Pulau Lombok dan pada tahun
1750 seluruh wilayah Pulau Lombok berhasil dlkuasai kerajaan Hindu dari Bali
itu. Dengan dikuasainya Pulau Lombok oleh Bali maka orang-orang Bali
berdatangan ke Lombok sekaligus membawa serta kebudayaan mereka ke Lombok.
Namun pertentangan diantara keluarga kerajaan menyebabkan kekuasaan di Lombok
menjadi terpecah menjadi empat kerajaan kecil. Pada tahun 1838, Kerajaan
Mataram dari Jawa berhasil menguasai Lombok dan juga kemudian menaklukkan
Kerajaan Karangasem di Bali. Mataram kemudian menyatukan Lombok dengan
Karangasem di bawah kekuasaannya.
Di Lombok Barat, Suku Sasak yang berada di wilayah itu
dapat menerima kedatangan orang-orang Bali di wilayahnya dan kehidupan diantara
kedua suku bangsa itu berjalan harmonis, Perkawinan antara orang Sasak dan Bali
pada masa itu menjadi hal yang lumrah. Orang Sasak juga belajar dari orang Bali
mengenai metode pengairan pertanian Subak.
Namun kaadaan tidak sama di Lombok Timur di mana
kehadiran orang Bali ditentang oleh orang Sasak. Keadaan ini menimbulkan dua
kali perlawanan Orang Sasak terhadap kekuasaan orang Bali yang ada di wilayah
itu yaitu pada tahun 1855 dan 1871. Pada tahun 1891, para pemimpin suku Sasak
di Lombok Timur minta bantuan kepada Belanda dan mengundang Belanda untuk
menjadi penguasa di Lombok menggantikan Bali.
Pada Juni 1894, Gubernur Jenderal Belanda Van der Wijk
membuat perjanjian dengan suku Sasak. Dengan alasan untuk membebaskan orang
Sasak dari penjajahan Bali, Van der Wijk kemudian mengirim pasukan dalam jumlah
besar ke Lombok. Dan pada tahun 1894 Belanda berhasil mengalahkan kekuasaan
Bali di Lombok.
Pada masa kekuasaan Belanda di Lombok, khususnya pada
sekitar tahun 1940-an, petani dipaksa untuk menjual lebih banyak padi dan beras
sebagai bentuk pembayaran pajak oleh petani kepada penguasa Belanda. Hal ini
menyebabkan jumlah beras bagi masyarakat menjadi berkurang sehingga menimbulkan
kelaparan yang terjadi pada tanun 1938, 1940 dan 1949. Lombok merupakan kawasan
yang rawan kelaparan bahkan pada masa setelah kemerdekaan yaitu pada tahun 1966
dan 1973.
2.1 Masjid Pujut
a.
Lokasi
Bangunan kuna ini terletak di puncak
sebuah puncak sebuah bukit. Oleh maysarakat setempat bukit itu di sebut Gunung Pujut terletak di
Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, lebih kurang 6 km dari
Mataram ibukota NTB kea rah selatan,Puncak bukit itu merupakan suatu dtaran
yang tidak seberapa luas, tempat bangunan masjid itu berada.
Posisi bangunan berada pada
ketinggian lebih kurang 200 meter diatas permukaan laut.Dari pasar Sengkol
berjarak lebih kurang 500 meter. Untuk menjangkaunya, kenadaraan hanya dapat
sampai di kaki bukit . Selanjutnya, dicapai dengan berjalan kaki mendaki
melalui jalan setapak sepanjang lebih kurang 100 meter.
b.
Data Fisik Bangunan
Masjid gunung pujut berukuran 8,6 m
x 8,6, ( Sasak : Putaran ) terbuat dari tanah ,dindingnya terbuat dari bambu (
bedek ) , atapanya terbuat dari alang-alang .Tiang penyangga utama ( saka guru )ada empat buah
,didukung tiang keliling sebanyak 28 buah , yang sekaligus berfungsi sebagai
tempat menempelnya dinding (“ bedeq bambu”)
c.
Tinjauan Sejarah dan Arkeologis
Mendirikan bangunan yang bernilai
sacral di atas bukit merupakan tradisi zaman prasejarah (trdisi megalit), yang kemudian pada zaman
hindu dan islam.
Di Gunung Pujut , masih satu
kompleks dengan bangunan maesjid tersebut terdapat pemujaan yang di sebut Pedewa . Bangunan- bangunan mesjid
pedewa digunakan oleh satu kelompok masyarakat yang sama , yaitu penganut
ajaran “ Waktu Telu”.
Upacara-upacara yang berkaitan
dengan pemujaan roh nenek moyang , seperti “ nyelamat desa” dan “nyaur sesangi”
, bertempat di pedewa di pimpin oleh Pemangkuh. Di dalam kelompok penganut
ajaran” Waktu Telu” dipercaya mampu bertindak sebagai medium yang menghubungkan
manusia dengan roh nenek moyang, sekali gus memimpin upacara yang berkenaan
dengan hal itu .Lafal-lafal kalimat mentera yang di ucapkan pemangku , kecuali
menyebut roh nenek moyang yang di minta pertolongan, justru menyebut nama
dewa-dewa yang di kenal dalam agama
Hindu, yaitu Batara Wisnu. Dan Batara Guru.
Upacara yang berhubungan dengan
agama islam bertempat di masjid, dipimpin oleh Kiayi .Oleh karena itu, dilihat
dari sudut pandang ajarannya, jelaslah bahwa “Waktu Teluh” tidak lain adalah
perpaduan atantara system kerpercyaan animism, Hindu dan “islam”
Adanya sinkretisme akan tampak juga jika dihubungkan
dengan ceritera tradisi msyarakat Pujut tentang asal usul neneng moyangnya.
Desa Pujut yang dikatakan berasal dari Majapahit ,bernama Mas Muliah .Klungkung
Bali. Mas Muliah kawin dengan puteri
Dewa Agung Putu yang bernama Dewi Mas Ayu Supraba. Dari Bali,
Mas Muliah disertai keluarga ( bhs. Sasak: kuren), berangkat menuju Lombok dan
menetap di Pujut. Mereka inilah yang
kemudian menjadi cikal bakal penduduk asli desa pujut sekarang.
Masjid Pujut adalah protipe kuno di Lombok . Bentuk
masjid seperrti ini berasal dari msa awal berkembanganya agama islam di lombok,
diperkirakan awal ke-17 Masehi.
d.
Status
Masjid kuna gunung pujut ditinjau
dari usia maupun latar sejarah keberadaannya termasuk “ benda cagar budaya”
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun Benda Cagar Budaya.
Kompleks bangunan masjid termasuk “
Pedewa “, pada lalu merupakan sarana
kegiatan ritual bagi penganut ajaran “ Waktu Telu” . Eksistensi “Waktu Telu” itu sendiri secara formal sudah tidak ada oleh , oleh karena itu
aktivitas ritualnya kini sudah tidak ada lagi. Ketika dilakukan pendataan oleh
kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara Barat ,dalam hal ini Bidang Permuseuman , Sejarah da Kepurbakalaan ( 1976
) ,bangunan masjid kuna dan “Padewasemu” dalam keadaan sudah difungsikan semula
.Dengan demikian, masjid Gunung Pujut berikut situsnya dapat digolongkan
sebagai “dead monument” ( monument mati ).
e.
Pemugaran
Masjid Gunung Pujut berikut Pedewa
dan situsnya telah dipugar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui proyek
Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Nusa Tenggara
Barat tahun anggaran 1980/1981 dan 1981/ 1982. Pemugarannya dilaksanakan
secara swakelolah oleh Bidang
Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara
Barat. Sedangkan Teknis Arkeologi dari Pusat. Biaya pemugaran Rp 9995.000,00
( Sembilan juta Sembilan ratus Sembilan pulih lima ribu rupiah ).
Pemugaran masjid ini sejauh mungkin
diusahakan sesuai dengan aslinya, sesuai dengan yang berlaku untuk pemugaran
bangunan peninggalan sejarah dan purbakala. Pondasi maupun pagar yang semula
menggunakan perekat tanah , dalam pemugaran digunaka bahan perekat semen (“
Portland cement”) dengan tujuan agar memiliki daya tahan lebih lama . Juga
dibuatkan pagar kawat berduri sepanjang 304 meter, dan pintu masuk tiga buah.
Karena atap masjid terbuat dari
alang-alang , daya tahannya relatif pendek, maka pada tahun 1997 dilakukan rehabilitasi dengan dukungan dana rutin Kantor Suaka
Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Propinsi Bali – NTB- NTT- Timtim, sebesar Rp 4.995 .000,00 ( Emapat juta
Sembilan ratus Sembilan puluh lima ribu rupiah).
2.2 Masjid Bayan Beleq
a.
Lokasi
Bangunan masjid kuno Bayan Beleq
terletak di desa Bayan kecamatan Bayan,Kabupaten Lombok Barat.Dinamakan
demikaina sesuatu dengan lokasi keberadaannya,yaitu dusunBayan
Beleq(bahasa Sasak beleq=besar).Secara
geografisnya,desa Bayan terletak pada 8 15 LS dan 116 26 BT,dengan ketinggian
278 meterdi atas permukaan laut.
Lokasi jalan bangunan masjid kuno
ini tepat di tepi jalan raya.lingkar utara pulau Lombok,mudah di jangkau dengan
segala jenis kendaraan Dari kota Mataram ,Ibu Kota Propinsi Nusa Tenggara
Barat,berjarak 80 km.Kendaraan angkutan umum dari Mataram Jurusab Bayan cukup
banyak sehingga mempermudah bagi siapa saja yang hendak berkunjung ke
Bayan.Bayan adalah kota kecamatan yang terletak ujung utara pulau Lombok.
b.
Kondisi Lingkungan
Desa Bayan dengan luas wilaya 8.700 ha merupakan daerah
perbukitan dengan latar kaki Rinjani di sebelah selatan.
Alam di sekitar desa berupa lahan
persawahan,lading atau tegelan,dan hutan tutupan di bagian selatan.Tanah di
sekitar wilaya desa pada dasarnya subur,namun karena jangkuan irigasi teknis
yang belum merata,sebagian dari wilaya desa ini pada musim kemarau tampak
kering.
Kondisi dalam yang membelakangi
gunung dengan hutan lindungnya,menghadap ke laut lepas,serta di dukung adanya
sumber air yang relative memadai merupakan gambaran wilayah yang ideal untuk
dikembangkan oleh karena itu Bayan pun terbesar di pulau Lombok bagian
utara,dan sudah di kenal dunia luar sejak benberapa abad yang lalu.
Bentuk Bangunan dan Ragam Hias
A.
Masjid
Masjid Bayan
Beleq terletak di atas sebidang tanah dengan topografi yang tidak rata,Bangun
intinya,terletak pada bagian permukaan tanah yang paling tinggi .Di dekatnya
terdapat beberapa buah makam.Menurut riwayat,yang dinamakan di situ adalah para
tokoh penyebar ajaran agama Islam di Bayan.
Penjelasan
tentang bentuk,luas bangunan,dan hal-hal yang menjad
ciri khusus
dari Masjid Bayan Beleq ini ialah;
1.
Bentuk denah bangunan masjid bujur sangkar, panjang sisinya 8,90m.Tiang
utamanya(saka guru)ada empat buah,terbuat dari kayu nangka,berbentuk
bulat(selinder)dengan garis tengah 23 cm,tinggi 4,60m.Keempat tiang itu berasal
dari empat desa(dusun), yaitu;
a)
Tiang sebelah tenggara,dari desa Segang Sembilok,
b)
Tiang sebelah timur laut,dari desa Tereng
c)
Tiang sebelah barat laut,dari desa Senaru,dan
Menurut
keterangan para pemangkuh Adat,tiang utama ini perlukkan bagi pemangku masjid
yaitu;
a.
Tiang sebelah tenggara untuk Khatib
b.
Tiang sebelah timur laut untuk Lebai
c.
Tiang sebelah barat laut untuk Mangkau Bayan Timur
d.
Tiang sebelah barat daya untuk penghulu.
2.
Tiang keliling berjumlah 28 buah,termasuk dua buah tiang mihrab.Tinggi tiang
keliling rata-rata 1,25m,dan tiang mihrab 80 cm.Tiang-tiang ini selain
berfungsi sebagai tempat menempelkan dinding terbuat dari bambu yang di sebelah
dengan cara di tumbuk,disebut “pagar rancak’’.Khusus dinding bagian mihrab
terbuat dari papan kayu suren.berjumlah 18 bilah.Perbedaan bahan dinding ini
bermakna simbolis.bahwa tempat kedudu ”imam’’ (pemimpim) tidak sama dengan
“makmum” (pengikut atau rakyat). Berbeda tempat kedudukan, tetapi nyambung.
Tidak terpisahkan.
3.
Atap berbentuk tumpang, terbuat dari bamboo (disebut ”santek”) Pada bagian
puncaknya terdapat hiasan ”mahkota”.
4.
Memperhatikan ukuran denah,tinggi tiang utama dan tiang-tiang keli;ling,kita
dapat membayangkan bentuk bangunan itu.Ukuran tinggi dinding bangunan yang
hanya 125 cm.jauh di bawah ukuran tinggi rata-rata manusia normal.Dengan
demikain,setiap orang yang hendak masuk ke dalam bangunan ini(masjid)tidak
munkin berjalan dengan langkah tegap.tetap harus menunduk.Hal ini pun
mengandung makna perlambang.
5.
Pada bagian”blandar”atas terdapat sebuah “jait”yaitu tempat untuk menaruh
hiasan-hiasan terbuat dari kayu berbentuk ikan dan burung.Ikanialah binatang
air,melambangkan dunia bawah maksudnya kehidupan duniawi.Sedangkan buruing
sebagai binatang yang terbang di udara,melambangkan dunia”atasa”maksudnya
kehidupan di alam sesudah mati(akhirat).Makna perlambang yang ada di balaik itu
ialah,manusia hendaknya selalu menjaga keseimbangan antara tujuan hidup di dunia
dan akhirat.
6.
Pmada bgian atas mimbar ,terdapat hiasan bagian berbentuk naga.Pada bagian “
badab naga” terdapat hiasan ( gamabar) tiga buah bintang, masing- masing 12,8
dan 7. Hiasan ini melambangkan jumlah bilangan bulan (12), windu (8) , dan
banyaknya hari (7). Disamping itu terdpat juga hiasan berbetuk pohon , ayam
,telur dan rusa. Didalam seni rupa Islam
pada umunya, hamper tidak pernah di temukan motif atau ragam hias
makhluk hidup yang di gamabarkan sejara jelas . Adanya ragam hias dengan makhluk hidup pada mimbar masjid di Bayan Beleq menunjukkan betapa kuatnya
pengaru tradisi pra Islam masih
mewarnainya.
B.
Makam
Dismping
bangunan masjid, di kompleks ini juga di jumpai 6 buah makam yang di beri cukup
sederhana. Makam-makam di keramatkan
oleh penduduk setempat karena ketokohan dari orang yang di makamkanya . Ke enam
buah makamitu ialah :
1)
Makam plawangan
Terletak di sebelah selatan masjid.
Berukuran 3,60 m x 2,70 m. Yang di
makamkan di sini ialah orang Bayan asli
yang pertaman kali islam.
2)
Makam karang sala
Terletak di sebelah timur laut
masjid , berukuran 3,80 m x 2,60 m
3)
Makam Anyar
Terletak di sebelah selatan masjid
berukuran 7,60 m x 6.
4)
Makam Reak
Terletak di seelah selatan masjid,
berukuran 8,40 m x 62. Yang di makamkan di sini ialah orang yang pertama
menyebarkan agam Islam di Bayan
5)
Makam Titi Mas Penghulu terletak di sebelah utara masjid , berukuran 3, 9 m x
2,6 makam tokoh menyebar agama Islam
yang kemudian
6)
Makam Sesait
Terletak di sebelah utara masjid, beruikuran 10, 20 mx
3,8.
Tinjaun Historis Arkologis
Munkin sekali ajaran agama Islam masuk di pulau Lombok
awal abad ke-16.Di lihat dari bunyi “dua kalimat shadat” nya, piqih,suluk,dn
lontar yang menjadi pedoman memeluk agama Islam (pada masa awal) di Lombok,
jelas bahwa agama Islam datang di pulau Lombok dari Pulau Jawa.
Setelah raja Lombok (yang berkedudukan di Teluk
Lombok) menerima Islam sebagai agama kerajaan, dari Lombok agama islam di
kembangkan keseluruh wilaya tetangga, Pejanggik, Parwah, Sarwadadi, Bayan.
Sotong, dan Sasak (sejarah Dalam NTB, Depdipgup,1988 hal.76).
Sunan Pengging, pengikut Sunan Kalijaga, datang di
Lombok tahun 1640 untuk menyebarkan agama Islam(Sufi).Ia kawin dengan putrid
dari kerajaan Parwa sehingga menimbulkan kekecewaan raja.Selanjutnya,raja Gowa
menduduki Lombok pada tahun 1640 sampai pengging,yang terkenal juga dengan nama Pangeran Mangkubumi datang ke Bayan.Di
Bayan ia mengembangkan ajarannya,yang kelak menjadi pusat kekuatan suatu aliran
yang di sebut’’Waktu Telu’’(sejarah dalam NTB Depdigdup,hal.79-80).
Bagi masyarakat pulau Lombok pada umumnya,Bayan di
kenal sebagai sebuah ‘’desa tua’’dalam arti kebudayaannya.Nama Bayan identik
dengan desa tradisioanal,adat istiadat,dan norma-norma budaya lama yang masih mewarnai pola hidup pola
kehidupan masyarakatnya.
Masjid kuno Bayan Beleq adalah peninggalan terpenting
dan terbesar yang dapat di jadikan sebagai bukti dan bahan kajian tentang masa
awal berkembangnya agama Islam di Pulau Lombok pada masa umumnya,dan bayan
khususnya.
Bila kita perhatikan bentuk,ukuran,dan gaya
arsitekturnya,terdapat persamaan yang sangat mendasar dengan bangunan-bangunan
masjid kuno yang terdapat di Rembitan dan Gunung Pujut,Kabupaten Lombok
Tengah.Petrsamaan ini dapat menjadi bahwa ke tiga masjid bangunan itu berasal
dari periode yang sama.
Bentuk dasar bangunan bujur sangkar,konstruksi atap
tumpang dengan hiasan punjkak berupa mahkota yang merupakan cirri khas dari
bangunan masjid periode awal berkembangnya agama Islam di Indonesia.Peta
bangunan berada di tempat yang relative
tinggi,tata letaknya berdampingan dengan makam tokoh-tokoh penyebaran di
Bayan.Kesemuanya itu menunjukkan adanya kesamaan konseksi pemikiran masyarakat pendukung
kebudayaan itu(Islam di Bayan)deangan masyarakat pra Islam.Sikap konsisten
masyarakat Bayan yang selalu berusaha untuk tidak mwengubah bentuk maupun bahan
bangunan yang di gunakan(dengan alasan kepercayaan)menunjukkan bahwa intensitas
pengaruh kebudayaan lama pada masyarakat Bayan.
Sebagaimana di tuturkan oleh Pemangku Adat Bayan,bahwa
bahan atap bangunan masjid harus di
ambil dari tempat khususnya di desa Senari.Bila atapnya hancur atau rusak
perbaikannya harus pada tahun Alif yang datangnya sewindu(8 tahun
sekali).Pembebanan biayanya pun secara tradisional telah terbagi ke pada
masyarakat desa di sekitarnya yaitu:
a)
Atap sebelah utara, desa Anyar
b)
Atap sebel;ah timur,desa Lolowan
c)
Atap sebelah selatan,desa Bayan
d)
Atap sebelah barat desa Sukanada.
Pelaksanaanperbaikan secara gotong royopng,di pimpin
oleh para Pemangku Adatnya.
Tinjaun
Aspek Sosial Budaya Masyarakat Bayan
Masyarakat tradisional Bayan,pada masa lalu di kenal
penganut agama Isalam’’Waktu Telu’’.Walaupunkebaradaan ajaran secara formal
sudah tidak ada lagi,upaca minta hujan,dan sebagian
Dalam berbagai aspek,penaganut kepercayaan ‘’Islam
Waktu Telu’’ di Bayan memiliki pandangan yang’’serba tiga’’misalnya:
a)
Dalam kehidupan bermasyarakat,sumber hokum yang di anutnya terbentuk atas tiga
prinsip,yaitu:agama,adat dan pemerintahan.
b)
system organisasi kemnasyarakatan,masyarakat Bayan mengenal lembaga,yaitu:
1.
Pemangku Adat,yang menjadi pimpinan tertinggi di desa,biasa dijabat secara turun
temurun.
2.
Pembantu Pemangku,bertindak menangani urusan pemerintah.
3.
Penghulu di jabat oleh Kiyai,bertugas menangani urusan agamaan.
Dalam penuturan para Pemangku Adat diperpoleh
keterangan bilanagan tiga merupakan pencerminan dari pemahaman terhadap asal
usul kejadian manusia,Manusia ;lahir diatas dunia atas kehendak Tuhan dengan
perantara ayah dan ibu.Inti ajaran’’Telu Waktu’’merupakan pengejawantahan
ajaran budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari.
Ajaran’’Isalam’’nya tampak pada adanaya sejumlah
perintah dan larangan,seperti:
·
tidak boleh
melwan orang tua
·
harus
menghormati saudara tua
·
tidak boleh
bertengkar
·
tidak boleh
membunuh
Bagikelompok
masyarakat ini,yang terpenting adalah sikapnya di dunia.Manusiaharus berbuat
baikterhadap sesamanya.Perkara pelaksanaan syariat agama (fiqih),cukup
me;laksanakan yang menonjol(pokok-pokok)saja,misalnya menyelenggarakan upacara
peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W.,shalat hari rayaIidul Fitri)dan(Idul
Adha),atau ‘’ngaji makam’’pada tahun Alip.
Dari
urain-uraian tersebutkita mendapatkan gambaran tentang rekontruksi kondisi
sosial budaya’’masyarakat tradisipoanal Bayan,sebagai masyarakat pendukung
keberadaan bangunan cagar budaya masjid Bayan Beleq.
Status
Bangunan
masjid kuno Bayan Beleq merupakan bangunan yang bernilai sejarah dan
kepurbakalaan,berasal dari masa awal berkembangnya agama Islam di
Lombok.Ajran(Islam)yang berlaku bagi kelompok masyarakat pengguna bangunan
masjid kuno ini di kenal dengan nama’’Waktu Telu’’.Keberadaan kelompok
masyarakat itu secara forma;l terhapus
sejak tahumn 1960,pada masa penumpasan sisa-sisa G 80 S/PKI.Kondisi yang
terjadi pada waktu itu .masyarakat beramai-ramai meninggalakan berbagai bentuk
kepercayaan yang di nilai tidak sesuai dengan ajaran agama yang secara resmi di
akui oleh pemerintah.Dengan demikian,praktis banguanan masjid kuno Bayan Beleq
di tyinggalkan oleh masyarakat pendukungfnya.Jadilah bangunan tersebut
sebuah’’momen hati’’atau’’dead monument’’.
Upaya Pelestariannya
Sebagai sebuah’’monumen
mati’’kondisi keterawatan bangunan Masjid Bayan Beleq menjadi tidak
terurus.Sebagai bangunan bernilai sejarah dan kepurbakalaan,upaya
pelestariannya menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Oleh
karna itu pada tahun 1991/1992 dilakukan studi kelayakan untuk pemugaran dan
kemudian pada tahun anggaran 1993/1994 di pugar oleh Dipdiks dengan biaya
sebesar Rp 104.500,00(seratus empat juta lima ratus ribu rupiah).
Kini, bangunan itu telah berdiri
tegak kembali,disertai dengan penataan lingkungannya.sehingga secara teknis
memungkinkan untuk di manfaatkan sebagai objek wisata alam yang ada di wilaya
yang ada di wilaya Kecamatan Bayan.
2.3 Taman Narmada
1.
Lokasi
Taman ini terletak di desa lembuak,
kecamatan narmada kabupaten daerah tingkat II Lombok barat. Berjarak lebih
kurang 12 km dari pusat kota mataram . Ibu kota profinsi nusa tenggara barat ,
terletak pada ketinggian lebih kurang 127 meter diatas permukaan laut. Kompleks
taman ini berada ditepi jalan raya yang menghubungkan kota mataram dengan
kota-kota yang lain dipulau Lombok bagian timur. Dari mataram lebih kurang 11
km.
2.
Ukuran dan Luas
Secara garis besar. Kompleks taman
narmada dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
a.
Kelompok bangunan yang bersifat sacral (disucikan), yakni kelompok bangunan
yang ada disebelah timur, berupa kelompok bangunan pura (pura kelasa) dan
kelebutan (tempat air “air awet muda”)
b.
Kelompok bangunan yang bersifata profan. Berada dibagian barat, yaitu bale mukedas atau bale agung, Bale
terang, Bale Loji, dan Bale Tajuk yang kini telah tiada (disebelah barat/atas
telaga Ageng.
Kedua kelompok bangunan itu menyatu
menjadi satu kompleks taman. Secara keseluruhan disebut dengan nama Taman
Narmada. Luas taman keseluruhan 60.250 meter persegi , sedangkan lua bangunanya
yang ada berjumlah 1.249 meter persegi
3.
Fungsi
Keberadaan taman narmada sering di kaitkan dengan Anak
Agung Gede Nurah karangasam dari dinasti kerajaan karangasem sewaktu berkuasa
di Lombok. Fungsi utama taman ini ialah sebagai tempat peristirahatan dan
pemujaan , karna di dalemnya terdapat bangunan pura.
Taman narmada juga di kenal dengan
nama ‘’ Istana musim keramat’’. Sebab jika musim kemarau tiba. Istana raja yang
di sebut ‘’ puri ukir kawi’’ di cakranegara di tinggalkan oleh raja untuk
beristirahat taman narmada
Taman narmada termasuk salah satu
objek benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No 5 tahun
199 tentang benda cagar budaya. Oleh karna itu pemanfaatanya haru sesuai dengan
ktentuan-ketentuan yang tercantum di dalam undang2 tersebut . Fungsi taman
narmada pada masa sekarang, bagian kelompok bangunan sakral tetap di manfaatkan
sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan (Hindu), sedangkan kelompok bangunan
profane atau bagian taman pada umunya dimanfaatkan sebagai sarana
rekreasi.
4.
Status
Kompleks taman narmada secara
keseluruhan merupakan peninggalan dari kerajaan karangasem sasak (di Lombok)
atau yang kemudian berganti nama menjadi Cakranegara
Kompleks bangunan yang bersifat
profane, fungsinya
sebagai’’taman
raja’’. Kelompok bangunan tersebut tidak di fungsikan lagi bersama dengan
berakhirnya kekuasaan kerajaan Cakranegara (1894) saat masuknya kukuasaan
colonial bekanda. Kelompok bangunan ini dapat di katagorikan sebagai ‘’dead
monument’’ maksudnya sudah tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsinya semula.
Kelompok bangunan yang bersifat sakrar, hingga kini masih di gunakan sebagai
tempat sarana kegiatan ritual keagamaan (Hindu), oleh karna itu kelompok
bangunan sacral ini tergolong ‘’living monument’’ atau monument ‘’ yang masih
hidup’’, artinya masih dimanfaatkan sebagaimana fungsinya semula
Didalam kompleks taman ini terdapat
dua kelompok bangunan yang berbeda sifatnya . Oleh karna itu pengolahanya pun
di lalkukan oleh dua lembaga yaitu:
a)
Bangunan bangunan yang di gunakan sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan
(hindu) di kekola oleh kerama pura
b)
Kelompok bangunan yang bersifat profane di mamfaatkan sebagai sarana rekreasi
/objek wisata dan dikelola oleh pemerintah daerah Ttk. II kabupaten Lombok
barat
KernaTaman narmada merupakan peninggalan sejarah dan
purbakala, juga sebagai benda cagar budaya , maka hal hal yang bersifat
kesejahtraan dan kepurbakalaan di tangani oleh departemen pendidikan dan
kebudayaan.Dalam hal ini kantor wilayah depdikbub profinsi nusa tenggara barat.
Latar Belakang Sejarah
Sebagaimana
selah disebutkan pada bagian awal tulisan ini, taman narmada merupakan
peninggalan kerajaan karangasem sasak (di Lombok) atau cakranegara
Taman
Narmada merupakan salah satu di antara peninggalan raja raja Bali di
Lombok, secara fisik termasuk yang
terbesar dan paling indah . Melhat kenyataan ini dapatlah di perkarakan bahwa
pelaksanaan pembangunan taman narmada memerlukan biaya yang tidak sedikit waktu
yang lama.Hal demikian tidak mungkin dilaksanakan apabila kondisi perekonomian
dan stabilitas suatu Negara belum mantab. Oleh karna itu hampir dapat
dipastikan bahwa pembangunan taman narmada terjadi setelah seluruh ‘’ KERAJAAN
Bali’’ di Lombok dapat dipersatukan Menurut penilitian Van der Kraan, krajaan
mataram baru mencapai kecemerlangannya setelah kemenanganya terhadap karangasem
(Lombok) pada tahun 1838. Oleh karna itu tim penyusun Masterpang pemugaran
Taman Narmada (Depdikbud, 1982/1983). Berkesimpulan bahwa pembangunan taman
narmada baru terjadi setelah tahun 1838 dan sebelum tahun 1894, sebagai tahun
berakhirnya kekuasan mataram yang pada waktu itu berpusat di Cakranegara.
Dari sumber lisan diperoleh keterangan bahwa taman
narmada dibuat sebagai tiruan dana segara anak di gunung rinjani. Maksudnya
sebagai tempat upacara pakelem setiap tahun yang dipimpin langsung oleh raja.
Upacara pekelem atau upacara meras adalah upacara yang
dilaksanakan sekali setahun di danau segara anak. Puncak dari acara ini adalah
membuang atau melabuh benda-benda terbuat dari emas berbentu ikan, udang,
kepiting, dan penyu yang bertulisan huruf-huruf magma ke dalam danau, tujuan
upacara ini ialah memohon kepada dewa agar melimpahkan kebahagaian dan
kesejahteraan kepada rakyat setempat raja yang sedang berkuasa memrintah, serta
kekuasaan raja yang sedang memerintah kekal.
Ketika raja
telah lanjut usia, secara fisik sudah tidak kuat lagi memimpin secara langsung upacara, pakelem di
gunung rinjani maka dibuatlah duplikat telaga segara anak di taman narmada
kemudian upacara meras danoe dialihkan ke taman narmada. Namun demikin acara
labuhannya sendiri tetap dilaksanakan di danau segara anak gunung rinjanin oleh
pendeta dan para pembantunya.
Sember lisan
tersebut bila dikaitkan dengan fakta sejarah bahwa kerajaan mataram baru
benar-benar menjadi satu-satunya, kerajaan bali yang terkuat dilombok pada
tahun 1839, dan anak agung gede ngurah karang asam sebagai putra mahkota pewaris
tahta kerajaan mataram baru menggatikan
ayahnya yang tewas dalam peperangan melawan singasari atau karang asam sasak
(1838/1839), akan m emperkuat dugaan bahwa taman narmada dibangun sesudah tahun
1839.
Tidak atau
belum dijumpainya data otentik tentang kapan dibangunnya taman narmada ini
menyebabkan munculnya pendapat untuk mendapatkan jawaban yang tepat dan akurat
tentang kapan sesungguhnya taman narmada itu di bangun, diperlukan penelitian
yang lebih mendalam.
Usaha-usaha pemugarannya
Setelah surutnya kekuasaan mataram
dan berkuasanya belanda di Lombok, taman narmada tidak lagi berfungsi sebagai
tempat peristirahatan raja atau anak agung, sehingga kurang terpelihara.
Lebih-lebih setelah penyerahan
kedaulatan setatusnya kurang jelas secara berangsur-angsur fungsi taman ini
berubah menjadi taman rekreasi dalam arti terbuka untuk umum. Oleh karena itu
dapat di mengertikan apabila ada usaha-usaha pemugaran atau perbaikan yang
dilakukan pada waktu itu tidak kita ketahui. Adanya pemugaran-pemugaran itu atau
perbaikan, dapat berarti terjadinya perubahan-perubahan.
Bila kita bandingkan peta situasi
yang dibuat oleh P de Roo de la Faille tahun 1899 dengan peta yang dibuat oleh
departemen pekerjaan umum setelah masa kemerdekaan dengan peta sekarang, dapat
dipastikan bahwa taman narmada telah mengalami pemugaran atau perbaikan atau
sejalan dengan berkembangnya fungsi taman itu sendiri. Sebagai contoh, pada
peta tahun 1899 tidak ada pintu penghubung (masuk) dari halaman paserean
kekolam padawangai seperti pada peta tahun 50-an maupun keadaan sekarang.
Dahulu, untuk menuju kekolam padawangai harus melalui halaman jabal kab, lewat
pintu timur, atau lewat pintu halaman gencingah disampin itu pada peta situasi
tahun 1899 pintu masuk pura, sesuai dengan arah hadap kelima bangunan pelinggih
(meru) di halaman jeroan. Kemungkinan besar, gapura padukarsa (pintu masuk)
yang disebabkan barat kemudian demikian juga halnya dengan kolom kecil yang
terletak diantara kolom padawangai dengan telaga ageng yang terdapat pada peta
dibuat tahun 50-an sekarang sudah menjadi kolam renag (kolam duyung). Tidak
lain merupakan perluasan dari pancuran yang khusus untuk mandi raja atau anak
agung pada peta. Tahun 1899, ditempat itu tidak terdapat kolam melainkan sebuah
bangunan bangsal di kanan kiri pintu padukarsa.
Hampir dapat dipastikan, perluasan
pancuran raja menjadi kolam kecil lengkap dengan kamar ganti pakaiannya terjadi
setelah jatuhnya mataram ketangan belanda. Dugaan ini didasarkan pada
interpretasi bahwa jika raja akan menjalankan upacara persembahyangan dipura
dihalaman bencingah dari sini menuruni tangan atau undak-undak menuju ke
palataran, lalu masuk lewat pintu padukarsa kekompleks bangunan pancuran raja.
Kemudian keluar dari pintu belakang, menaiki tangga tahun (undak-undak) yang
menuju pura. Jadi jelas bahwa pada zaman hindia belanda telah terjadi perubahan
dari bentuk aslinya meskipun tidak separuh keadaannya sekarang namun kapan
perubahan itu dilakukan dijumpai catatan resmi.
Berdasarkan data yang ada, telah
terjadi beberapa kali pemugaran atau usaha perbaikan kompleks taman narmada,
antara lain:
Tahun 1926:
1.
Pembanguan cangkup submber air kolam padwangai atau yang sekarang lebih dikenal
dengan nama air awet muda.
2.
Pemugaran telaga ageng atau telaga segara anak.
Tahun 1967-1968
1.
Pembongkaran gapura/pintu masuk sebelah utara (menghadap kejalan raya).
Kemudian ditempat yang sama dibangun gapura berbentuk “candi bentar”
2.
Merendahkan tembok pemisah antaran halaman jabalkab dan halaman mukedes
dibelakang bangunan loji.
3.
Pembongaran sisi tembok barat halaman mukedes, dan pembangunan depura bentar di
sebelah barat bangunan loji.
4.
Pembongkaran kolam kecil lengkap dengan kamar ganti pakaian, dan sebuah pintu
padukarsa. Di tempar yang sama kemudian di bangun kolam renang lengap dengan
dua bangunan ganti pakaian dan sebuah bangunan rumah makan.
5.
Pemasangan atau penambahan pot rancuran di tengah kolam padwangai. Serta
perbaiakan kegil lainya.
Tahun 1969
: memperluas/ dan
memperbesar bule pewedaan di dalam pura
Tahun1972-1973
1.
Membongkar dan merendahkan tembok sebelah barat halaman jabalkab
2.
Menjebol tembok dan membuat pintu dan sudut tenggara halaman jabalkab.
3.
Membangun cungkup sumber air disebelah timur pancuranatau sebelah timur kolam
renang
Tahun
1976-1977
1.
Membongkar tembok pemisah antara halaman mukedas dan halaman pasarean
2.
Pembongkaran dinding ruangan bangunan loji di halaman paserean disertai dengan
pegantian 12 tiang utamanya, lantai ubin, dan sebainya
3.
Pemugaran bale terang berupa penggantian dan pengecetan.
4.
Pemugaran ‘’candi bentar’’ yang menghadirkan barat di halaman pura
Tahun 1978.
1.
Pemasangan atap bangunan ‘’pancuran siwak’’ disebelah selatan kolam renang
2.
Pembongkaran ‘’bale tajuk’’ di halaman bencingah, kemudian membangun sebuah
rumah tinggal(ramah peristirahatan).
3.
Pembangunan rumah makan (lembur kuring pada bagian sudut barat daya halaman
petendakan)
4.
Pembangunan( ruang diskotik) dihalamaan pawargaan
Dari keterangan tersebut jelas bahwa telah terjadi
perubahan yang demikian besar terhadap pembangunan yang ada di taman narmada.
Sebagian bangunan peninggalan sejarah dan purbakala seharusnya setiap
pelaksanaan pemugaran atau perbaikan dilakukan sesuai dengan disiplin ilmu
kepurbakalaan, yaitu di ikuti dengan dekumentasi yang lengkap sehingga
perkembangan perubahan itu dan menjadi bahan kajian tersendiri bagi generasi
sesudahnya. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh pihak yang melakukan ‘’
pemugaran’’ taman narmada pada waktu itu . oleh karna itu ketika department
pendidikan dan kebudayaan sebagai intansi teknis yang bertugas memelihara dan
melestarikan bangunan peninggalan sejarah dan purbakala dalam arti
mengembalikan’’ taman narmada’’ sesuai dengan aslinya terbentuk pada ketiadaan
data pendukung. Akhirnya pengertian ‘’ sesuai dengan aslinya’’ pun bergeser
pada ‘’asli’’ menurut keadaan sekitar desawarsa 1970 –an.
Pemugaran
taman narmada oleh departemen pendidikan dan kebudayaan dimulai pada tahun
anggaran 1980/1981 dengan dana proyek pemugaraan dan pemeliharaan peninggalan
sejarah dan purbakala nusa tenggara barat menhabiskan. Rp 259.378.010,00(dua
ratus lima piuluh Sembilan juta tiga ratus tujuh puluh delapan ribu sepuluh
rupiah ). Dilakukan secara bertahap, selesai pada tahun 1987/1988. Upacara
peresmian purna pugar dan penyerahan kembali kepada pemerintah. Daerah tinkat I
nusa tenggara barat dilakukan pada tanggal 27 februari 1988. Hadir pada waktu
itu direkrut jendraal kebudayaan, Drs. GBPH Poeger.
Pengelolaan dan pemanfaatanya
Kompleks taman narmanda yang di
dalamnya terdapat dua kelompok bangunan dengan fungsi dan sifatnya yang berbeda
merupakan salah satu dari beberapa peninggalan sejarah dan purbakala dari massa
kerajaan bali di Lombok. Tidak berlebihan bila seseorang pejabat di lingkunan
direktorat jendral kebudayaan, Drs. Hadi. Mulyano, pada saat pembasaan ‘’masterplan’’ pemugaran taman
narmada (1982) mengatakan bahwa taman narmda merupakan taman peninggalan sejarah
dan purbakala yang tirindah di seluruh Indonesia.
Sebagian peninggalan sejarah dan
purbakala, keberadaan taman narmada di lindungi oleh undang- undang Nomor 5
tahun 1992 tentang benda cagar budaya dan peraturan pemerintah republic
Indonesia Nomor 10 tahun 1993 tentang pelaksanaan undang-undang Nomor 5 Tahun
1992. Oleh karna itu sedikitnya ada tiga pihak yang berkepentingan terhadap
keberadaan taman ini :
1.
Pemerintah daerah tingkat I nusa tenggara barat
2.
Departemen pendidikan dan kebudayaan, sebagai intansi teknis yang menangani
benda cagar budaya
3.
Pemeluk agama hindu dharma. Dalam hal ini karma pura setempat.
Sehuhungan dengan hal tersebut maka
pengelolaan taman narmada perlu perlu ditangani secara arif dan bijaksana untuk
mengadapi timbulnya’’ konflik kepentingan’’ yang merugikan kelestarian objek
sendiri.
Kini taman narmada dimanfaatkan
sebagai salah satu objek wisata andalan bagi pemerintah Daerah Kabupaten Dati
II Lombok Barat khususnya di nusa tenggara barat umumnya.
2.4.Pure Meru Cakranegara
1. Lokasi
Terletak di
wilayah cakranegara timur, kecamatan cakranegara, kotamadya mataram. Letaknya
bersebrangan jalan dengan kompleks taman mayura, karena antara keduanya
merupakan satu kesatuan di dalam konsepsi tata letak pusat pemerintahan kerajaan kerajaan cakranegara
pada waktu itu. Pura meru terletak di sebelah jalan sedangkan taman mayura di
sebalah utara jalan. Antara keduanya mempunyai keterkaitan fungsi serta
hubungan historis. Dari mataram hanya 2 km.
2. Ukuran dan luas
Kelompok
bangunan ini terletak pada satu lokasi yang di kelilingi pagar. Terdiri atas
empat bagian, yaitu :
a) Halaman jero
pura/jeroan, di sebut juga utama mandala.
Berukuran 42,50 m x 42,50 m. didalamnya terletak
bangunan inti pura berupa bangunan-bangunan yang bersifat sacral dalam bentuk
meru.
Bangunan-bangunan terbentuk ppadmasari, bale (balai),
dan dsanggar-sanggar kecil sebanyak 29 buah. Tiga buah bangunan berbentuk meru
berderet utara selata. Yang berbeda dan tertinggi berada di tengah, beratap
ijik, bersusun sebelas.
Tinggi bangunan 18,26 m, ukuran dasar 5 m x 5m. kedua
bangunan meru yang di sampingnya sama besar, beratap genting, bersusun
Sembilan. Tinggi bangunan 15 m, ukuran dasar 4,3 m x 4,3 m.
Catatan :
Pada saat dibangun
perma kali,ketiga meru itu beratap ijuk.ketika dilakukanpemugaran pada
masa penjajahan belanda,kedua meru yang bersusun sembilan atapnya diganti dengan genting.
Bagian ini
dikelilingipagar yang tingginya 3-4 meter,tebal lebih kurang 80 cm,terbuat dari
bata merah (bata gosok,tanpa
diplester).pintu utama terletak pada sisi barat (tengah) disebut kori agung.
Disudut utara dan selatan juga terdapat pintu dengan
ukuran lebih kecil.pintu-pintu ini menghubungkan halaman Jero Pura dengan halaman Jaba Tengah.Pada sisi
(dinding)sebelah selatan juga terdapat sebuah pintu keluar(pintu samping).
b) Halaman Jaba Tengah
atau Madya Mandala
Berukuran 42,50 m x 42,50 m.Di sebelah timur,dikanan
kiri Kori Agung terdapat dua buah bangunan berbentuk ‘’panggungan’’.disebut
Bale Gong.Bentuk dan ukuran keduanya sama,ditempatkan secara simetris.Luas
masing-masing 47,04 meter
persegi,beratap seng,yinggi lebih kirang 4 m.
Lokasi ini berfungsisebagai tempat orang
memepersiapkan sajen dan segala sesuatu yang berhungan dengan upacara.Bale Gong
juga berfungsi sebagai tempat gamelan yang digunakan dalam rangka upacra.
Pada dinding sebelah barat terdapat tiga buah pintu yang letaknya
sejajar dengan pintu-pintu yang menuju halaman
Jeroan.Pintu utamanya berada ditengah ,dengan ukuran yang lebih besar.
c) Halaman Jaba Pesan
dan Nista Mandala
Pada dinding
sebelah utara terdapat sebuah pintu masuk,bukan pintu utama tetapi justru pintu
ini yang lebih banyak digunakan oleh
pengunjung sehari-hari.
d) Halaman Jabaan
Halaman ini terletak dibagian paling luar (ujung
barat).pintu utama masuk pura terletak pada sisi utara bagian ini,berbentuk
gapura”candi bentar”.Pada bagian halaman ini permukaan tanah lebih rendah.lebih kurang
90 cm dari pada bagian halaman pura yang lain.
Antara halaman Jaba Pesan dengan jabaan tidak terdapat
pagar/dinding pembatas, sehingga ke duannya terkesan menjadi satu halaman
dengan panjang 70 m, lebar 42,50 m.
Di sudut barat laut halaman ini terdapat sebuah
halaman kecil dengan lantai yang di tinggikan, tempat “kulkul” (kentongan) , di
sebut “balai kulkul”. Kulkul ini berfungsi sebagai alat komunikasi, un tuk
memanggil orang agar berkumpul.
3. Fingsi
Pure meru
berfungsi sebagai tempat persembahyangan bagi pemeluk agama hindu dharma. Di
samping sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan bila kita kaji latar belakang dibangunnya
pura ini, secara politis berfungsi sebagai sarana pemersatu bagi orang-orang
balli yang ada di Lombok, terutama dalam hal menjalankan agama yang di anutnya.
Karena pada waktu itu di Lombok terdapat beberapa buah kerajaan kecil dari
orang-orang bali.
Sekali dalam
setahun diadakan upacara pujawali atau usadha, yaitu upacara besar pada bulan
purnama bulan ke-4 menurut perhitungan kalender bali, biasanya jatuh pada bulan
September-oktober tarkh masehi. Pada hari itu semua banjar atau kampung
sebanyak 29 kampung membawa alat dari pura pemaksanya masing-masing, dating
dari pure meru melaukan upacara pujawali dan menghias sanggar masing-masing.
Untuk meru yang tiga buah itu, sajen di buat oleh panitia pura (dahulu di
laksanakan oleh istana) . upacara pujawali dimulai biasanya pada sekitar pukul
16:00. Pagi harinya kira-kira pukul 10:00, semua alat upacara dan pikulannya
(disebut “jempana”) harus di bersihkan
secara simbolis dengan upacara, hal ini di sebut “nyuciang” atau “melelasti” .
upacara pembersihan ini dilakukan di pancuran air yang terletak di pura
kelepug, taman mayura. Di sini tampak jelas keterkaitan fungsi antara pura meru
dan taman mayura. Pada sore harinya, barulah di adakan upacara
persembahyangan pujawali di pura meru di
cakranegara. Sesudah selesai upacara pujawali yang secara keseluruhan
memerlukan waktu tiga hari maka segala alat sanggah itu di bawa ke kampong,
kepemaksan masing-masing.
4. Status
Di tinjau
dari segi usia maupun atar belakang keberadaannya, pura meru di cakranegara ini merupakan “benda
cagar budaya” sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 5 tahun 1992
tentang benda cagar budaya, pasal 1, ayat (1). Karena disamping factor usianya
(diatas lima puluh tahun) uga memiliki arti penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, dan ilmu kebudayaan. Sebagaimana layaknya “benda cagar budaya”
yang masih di fungsikan oleh masyarakat pendukungnya, pemilikan dan
pemanfaatannya (dalam arti sesuai pemanfaatannya semula) ada pada kelompok
masyarakat itu sendiri. Pemerintah, dalam hal ini departemen pendidikan dan
kebudayaan hanya memberikan bantuan teknis tentang perawatan dan pemeliharaan
terhadapfisik bangunan dan
lingkungannya, sreta upaya-upaya yang bersifat perlindungan dalam rangka
pelestariannya.
5. Latar belakang
sejarah
Menjelang
akhir ke-17 kerajaan yang paling terkemuka di Lombok ialah pejaggik di Lombok
tengah, dan Selaparang di Lombok Timur. Kedua kerajaan itu semula sangat erat
hubungannya karena pertalian keluarga. Namum, dalam perjalanan waktu, konflik
kepentingan antara keduanya pun tak terhindarkan, akibatnya terjadilah
perpecahan. Dalam situasi yang demikian, terbukalah peluang munculnya pihak
ketiga secara lebih leluasa melancarkan aksinya untuk mencapai tuuannya.
Langkah yang di tempuh pun pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda akan
mempunyai arti yang b erbeda pula.
Beberapa
sumber menyebutkna bahwa kerajaan gelgel (bali) telah beberapa kali berupaya
untuk melebarkan kekeuasaan politiknya ke Lombok tetapi gagal, sampai pada
akhirnya kedudukan gelgel oleh Karangasem.
Ketika
terjadi konflik di antara para bangsawan sasak (Lombok), patih kerajaan
pejanggik bernama Arya Banjar Getas pergi ke karangasem (bali) untuk minta
bantuan.
Kesempatan
ini tidak di sia-siakan oleh karangasem. Peperangan demi peperangan pun
berlangsung, sehingga pada akhirnya pejanggik, selaparang, maupun
kerajaan-kerajaan kecil lainya dapat di taklukan. Penaklukan seluruh Lombok
oleh pasukan gabungan banjar getas dan karangasem selesai pada tahun 1740.
Kemudian pulau Lombok di bagi menjadi dua wilayah kekeuasaan, yaitu bagian
barat menjadi milik karangasem, bagian timur untuk banjar getas.
Orang-orang
di bali di wilayah kekuasaannya mendirikan beberapa buah desa yang merupakan kerajaan-kerajaan kecil,
seperti :
1) Singasari (karangasem
sasak), dengan rajanya Anak Agung Ngurah Made Karang (1720)
2) Mataram, rajanya
bernama Anak Agung Bagus Jelantik
3) Pagesangan, rajanya
bernama Anak Agung Nyoman Karang
4) Pagutan, rajanya
bernama Anak Agung Wayan Sidemen.
5) Sengkongo, rajanya
bernama Anak Agung Ketut Rai.
Kerajaan-kerajaan
tersebut bergabung berdasarkan asas kekeluargaan untuk mencapai kemakmuran dan
kepentingan bersama. Untuk memperkuat persatuan ini raja singasari mendirikan
pura meru di singasari pada tahun 1744. Di kerajaan-kerajaan kecil itu
singasari menjadi wakil karangasem (bali) si Lombok. Oleh bkarena itu maka kerajaan
singasari juga di namakan karangasem sasak. Karena perebutan pengaruh dan
masing-masing berlomba untuk menjadi yang ter…..” di pulau Lombok, maka
persatuan mereka pun menjadi retak dan pecah menjadi perang saudara. Perang
saudara ini baru beakhir setelah mataram keluar sebagai pemenangnya pada tahun
1839.
6. Pemugaran
Pure meru di
cakranegara merupakan banguna pura
terbesar di Lombok. Lokasi keberadaannya sangat strategis sehingga pura ini
tampak megah dan anggun. Apalagi di lihat dari dalam kompleks Taman Mayura.
Secara
teknis, bahan bangunan pure initermasuk jenis bahan yang daya tahannya relative
terbatas (bata merah, kayu, ijuk, dsb). Oleh karena itu dalam usianya yang
setua ini wajar bila mengalami pemugaran (baca : perubahan) disna sisni, sesuai
dengan pertimbangan pada waktu itu. Sejauh ini kita belim mendapatkan data
secara rinci tentang pemugaran-pemugaran yang pernah di lakuan.
Departemen
pendidikan dan kebudayaan melalui proyek pelestarian/pemafaatan peninggalan sejarah
dan purbakala Nusa Tenggra Barat tahun anggaran 1990/1991 melakukan sturi
kelayakan untuk rencana pemugaran pura meru ini. Berdasarkan hasil studi
kelayakan inilah Depdkibud kemudian memugar pura tersebut dalam dua tahap,
yaitu tahun 1991/1992 dan 1992/1993, dengan biaya sebesar Rp.154.710.000,00
(seratus lima puluh empat juta tujuh ratus sepuluh ribu rupiah).
2.5.Makam selaparang
1. Lokasi
Makam ini
terletak di kampung peresak, desa selaparang, kecamatan pringgabaya, kabupaten
Lombok Timur. Kira-kira berjarak 4 km di sebelah barat laut ibukota kecamatan
pringgabaya.dari mataram, ibukota propinsi Nusa Tenggara Barat, jaraknya lebih
kurang 55 km. dapat di jangkau dengan segala jenis kendaraan, termasuk
kendaraan jenis bus.
2. Status
Makam
selaparang termasuk sebuah monumen peninggalan sejarah dan purbakala yang pada
saat di temukan dan di catat sebagai peninggalan sejarah dan purbakal sudah
tidak di gunakan sebagaimana fungsinya semula, yaitu sebagai tempat pemakaman.
Oleh karena itu, makam selapatrang termasuk dalam klasifikasi “monument mati”
atau “dead monument”
Makam
selaparang memiliki fungsi social yang cukup penting sebagai tempat beziara.
Makam ini terkenal juga dengan sebutan makam keramat raja selaparang. Hal ini
dapat di lihat dari banyaknya peziarah pada waktu-waktu tertentu, terutama pada
musim menjelang keberangkatan jamaah haji ke mekkah banyak yang memerlukan
berziarah ke makam ini lebih dulu. Tradisi ini masih berlanut sampai sekarang.
3. Latar sejarah
Selaparang
merupakan sebuah “kerajaan” yang sangat di kenal, baik di Lombok maupun di luar
Lombok. Nama selaparang masih “lestari” sampai sekarang sebagai nama sebuah
desa, tempat makam selaparang itu berada.
Masyarakat
suku sasak di Lombok pada umumnya percaya bahwa makam kuna yang ada di
selaparang ini adalah tempat pemakaman raja-raja selaparang (islam).
Selaparang
adalah sebuah kerajaan islam tertua di Lombok. Di desa selaparang ada dua
kompleks pemakaman kuna, masing-masing di kenal dengan sebutan makam keramat
selaparang dan makam tanjung. Keduanya di percaya sebagai makam raja-raja
selaparang. Saying sekali kita belum thau secara pasti siapa nama-nama tokoh
yang di makamkan di tempat itu, karena belum ada sumber-sumber tertulis yang
dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah. Melihat bentuk makam dan batu
nisannya, mungkin sekali kalau yang di makamkan itu tokoh-tokoh yang
berpengaruh. Mungki dia seorang raja atau tokoh penyiar agama.
Sejak kapan
kerajaan selaparang muncul dalam peristiwa sejarah, belum dapat di tentukan
dengan tepat, karena belum ada data yang lengkap mengenai hal ini. Bahkan,
dimana lokasi “istana” kerajaan selaparang itu sampai sekarang masih belum
terjawab.
Nieumenhuizen
menduga bahwa persekutuan masyarakat hukum yang tinggi di Lombok telah ada
sejak tahun 1543.Hal ini di dasarkan atas penelitianya pada sejumlah lontar
yang menyebutkan pembagian pulau Lombok menjadi beberapa daerah kecil yang di
perintah oleh seorang ‘’Datu’’,seperti Sokong ,bayan,selaparan,dan
sebagai(Nieuwenhuizen,1932).jika pendapat itu benar ,maka nama selaparang telah
muncul pada pertenggahan abad Ke -16.Akan tetapi,sarjana ini tidak menjelaskan
angka tahun tersebut diperolehnya,sehingga terang saja masih memerlukan
penelitian yang lebih mendalam,Kalau di kaitkan dengan masuknya agama islam di
Lombok.
Babad Lombok
menyebutkan bahwa ajaran agama islam masuk ke Lombok di bawa oleh sunan prapen,
putra sunan ratu giri bersamaan waktu dengan pengiriman dato bandan (dato
ribandan) kemakasar dan selayara untuk menyebarkan agama islam. Jika berada
dalam babad Lombok itu dapat di benarkan, H. J. de Graaf berpendapat bahwa
peristiwa itu harus terjadi pada masa pemerintahan sunan Dalem ( 1506-1545 AD)
atau pada masa pemerintahan Batu Renggong dengan kerajaan Gelgel (H. J. de
Graaf 1941:355-373:Tawalinuddin Haris 1981,1-23).
Di dalam
kompleks makam keramat selaparang ada sebuah batu nisan yang bertuliskan huruf
Arab dan huruf-huruf yang merupakan peralihan huruf Jawa Kuna ke huruf Bali.
Inskripsi ini terdiri atas lima baris, terpahat dalam bentuk relief timbul,
-(sekarang sudah aus rusak) berbunyi :
Baris
kesatu : la ilaha
ilallah
Baris
kedua : wa muhammadun rasul
Baris
ketiga : ulla (dan) maesan
Batis
keempat : gagawean
Baris
kelima : para yuga
Menurut W.
F. stutterheim, inskripsi tersebut adalah sebuah cadra sengkala yang bernilai
angka tahun 1142 Hijrah atau 1729 Masehi (W. F. Stutterheim, 1937 : 309 – 310).
Angka tahun ini dihubungkan dengan kematian seorang raja selaparang yang pada
enam tahun sebelumnya (1723 M) beperang mengusir orang-orang Sumbawa dengan
bantuan orang-orang Bali yang pada akhir abad ke-17 berhasil menanamkan
kekeuasaannya atas sebagiana pulau Lombok, tetapi, menurut tradisi, batu nisan
yang berangka tahun itu adalah makam Ki Gading atau penghulu Gading . kalau
melihat namanya, tentu bukan nama seorang raja atau datu. Mungkin, nama seorang
penyebar agama atau tokoh yang ada hubungannya dengan masalah keagamaan. Kalau
kita berpegang pada angka tahun tersebut maka usia peninggalan berupa “makam
keramat raja” ini tidaklah terlalu tua, kira-kira dua atau tiga abad yang
lampau. Namun perlu disadari bahwa angka tahun itu tidak dapat dipakai sebagai
dasar penentuan umur kompleks makam secara keseluruhan. Di dalam sat kompleks
pemakaman, sangat mungkin kubu-kubur yang ada di dalamnya berasal dari masa
yang berbeda-beda.
Memperhatikan
tipologinya, bagian terbesar batu nisan yang ada di kompleks pemakan ini
mengingatkan kita pada bentuk batu nisan yang terdapat di Aceh, Banten, Madura,
yang berasal dari abag ke 16 dan 17.
Oleh karena
itu, dari sudut arkeologi peninggalan islam, di selaparang ini
termasukpeninggalan yang tua, bahkan mugkin sekali dugaan Nieuwenhuizen tentang
munculnya selaparang dan pendapat H. J. de Graaf tentang masuknya islam di
Lombokyang di bawa oleh sunan prapen ada benarnya.
Ada pendapat
bahwa sebelum berdirinya kerajaan selaparang islam telah ada kerajaan
selaparang Hindu yang didirikan oleh Ratu Mas Pahit, salah seorang keturunan
Prabu Brawijaya dari Majapahit, kerajaan inilah yang kemudian di hancurkan oleh
pasukan Majapahit di bawah pimpinan Senapati Nala (Monografi Daerah Nusa
Tenggara Barat, jilid 1:11 - 12).
Akan
tetapi,selama bukti-bukti belum ada,maka pendapat tersebut tetap merupakan
dugaan belaka,jauh sebelum berdirinya Majapahit,mungkin di Lombok telah
berkembang kebudayaan Hindu tegasnya sudah ada penganut agama Hindu
Mahayana.Hal ini didasarkan pada temuan empat buah arca Budha dari perunggu pada
tahun 1960 di Lombok Timur ( di Batu Pandang,kecamatan Pringgabaya,Lombok Timur
).Keempat patung Budha itu sekarang masih tersimpan di Museum
Nasional,Jakarta.Dua diantara keempat patung itu dikenal sebagai Tara dan
Awalokiteswara.Menurut Dr.Soekmono,satu diantaranya mirip dengan patung Budha
di Candi Borobudur ( R.Soekmono,1965 : 44).Akan tetapi,perlu dipertimbangkan
juga kemungkinannya,bahwa keempat patung itu merupakan barang yang didatangkan
dari luar.Kalau demikian halnya,tentu persoalannya akan menjadi lain.
Di dalam
Negarakertagama,pupuh 14,disebutkan bahwa “Lombok Mirah” dan Sasak menjadi
daerah kesatuan Majapahit.Sekalipun para ahli berbeda pendapat mengenai
penafsiran kata “Sasak dan Lombok Mirah” itu,namun mereka sependapat bahwa
lokasinya di Lombok belum dapat dipastikan,apakah pada watu itu sudah ada
kerajaan Selaparang.
Selain dalam
sumber-sumber lokal,nama Selaparang disebutkan pula dalam sumber-sumber
Bali,Sumbawa,Makasar,Hikayat Banjar dan
sumber Kompeni yang umumnya berasal dari masa yang kemudian.Bahkan menurut
sumber yang terakhir ini,nama Selaparang sering dikaitkan dengan pulau Lombok
yg pada waktu itu diperintah oleh raja-raja yang beragama Hindu.Mungkin pada
permulaannya,Selaparang ini merupakan “kerajaan” kecil dengan wilayah yang amat sempit,yakni di Desa
Selaparang sekarang dan sekitarnya.Kerajaan-kerajaan kecil semacam ini banyak
jumlahnya dan tersebar di seluruh Lombok.Masing-masing dikepalai oleh seorang
“Datu”.Datu satu ini pada hakekatnyai tidak lebih dari “kepala suku”,atau
seorang ( cikal bakal ) pendiri suatu desa,yang dalam perkembangan selanjutnya
“dipuja” oleh pengikutnya yang dianngap identik dengan raja.Diantara mereka
sering terjadi perselisihan yang sering berakhir dengan suatu peperangan.
Bagaimana
kerajaan Selaparang pada waktu itu tidak diketahui dengan jelas.Siapa nama
rajanya,demikian pula siapa nama-nama tokoh yang dimakamkan di kompleks
pemakaman kuno Selaparang belum jelas.Ada berapa nama yang disebut dalam
tradisi,yaitu Raden Mas Pekel,Raden Dipati Prakoso,Batara Selaparang,dan
sebagainya.Tetapi yang mana makamnya,dan apakah tokoh-tokoh itu dimakamkan di
Selaparang atau ditempat lain,juga belum jelas.
Rupa-rupanya
kerajaan Selaparng ini dapat mengembangkan sayapnya hingga hampir menguasai
seluruh Lombok Timur,bahkan sampai di Sumbawa.Karena menurut berita
Makasar,pada abad ke-17 seorang anak remaja bernama Mas Pamayanmenjadi raja di
Sumbawa dilantik pada tanggal 30 November 1648 ( H.J.de Graaf, 1941 : 360
).Dikatakan pula bahwa Lombok dan Sumbawaada di bawah kekuasaan seorang raja yang berkedudukan di Lombok (
Cense, 1928 : 54 ).Sejak kapan Selaparang
dan Sumbawa menjadi kerajaan belum jelas.Mungkin pada waktu itu telah
terjadi ikatan kekeluargaan antara raja
Selaparang dan raja Sumbawa,seperti yang tersebut dalam Hikayat Banjar,bahwa
seseorang pangeran Banjar bernama Raden Subangsa pergi ke Selaparang dan kawin
dengan puteri raja bernama Mas Surabaya.Dari perkawinan itu lahirlah aeorang
anak laki-laki bernama Raden Mataram.Setelah isterinya meninggal,kemudian Raden
Subangsa dikawinkan lagi oleh raja Selaparang dengan anaknya di Sumbawa yang
bernama Mas Penghulu,yang kemudian melahirkan Raden Banten (J.J. Ras ,1968
).Pada waktu itu,baik Sumbawa maupun Selaparang ada di bawah kekuasaan Gowa di
Sulawesi Selatan,karena sejak tahun 1625 Sumbawa sudah ditaklukkan Gowa.
Sedangkan Lombok baru ditaklukkan Gowa setelah surutnya kekuasaan Gelgel pada
tahun 1640.Setelah jatuhnya Gowa ketangan VOC,serta dengan ditanda tanganinya
perjanjian Bongaya 1667.Berita-berita mengenai Selaparang agak simpang siur
sehingga sulit diikuti.
Dalam
perjanjian 1674 antara Sumbawa dan VOC di Benteng Rotterdam (Makasar) salah
seorang di antara utusan raja Sumbawa adalah seorang “regent” bernama “Nene’
Juoro Saparang. H.J. de Graaf fmenyimpulkan, pada waktu itu selaparang menjadi
vazaal Sumbawa. Hl ini terlihat pula pada perjanjian yang ditandatangani
tanggal 16 maret 1675, antar Sumbawa dan VOC, yang antar lain di wakili oleh
Fransen Holstein. Dalam perjanjian ini, Sumbawa menyerahkan 16 pika beras
kepada VOC yang harus di serahkan oleh Selaparang. Sumber kompeni menyebutkan,
bahwa pada 1680 selaparang di kuasai Sumbawa dengan bantuan orang0orang makasar
yang meninggalkan makasar karena mendapat tekanan atau tidak senang kepada
kompeni (H.J. de Graaf, 1941 : 360-362)
4. Pemugarannya
Makam
selaparang atau makam keramat selaparang. Termasuk makam tanjung, sebagai benda
cagar budaya dengan status “dead moment, telah di pugar oleh departemen
pendidikan dan kebudayaan dengan dana proyek pemugaran peninggalan sejarah dan
purbakal Nusa Tenggara Barat dengan tiga tahap. Pemugaran di mulai pada tahun
anggaran 1978/1979 s.d. 1980/1981. Pelaksanaan pemugaran oleh biang permusiuman,
sejarah dengan kepurbakalaan Kantor Wilayah Departemenpendidikan dan kebudayaan
propinsi Nusa Tenggara Barat, dengan tenaga teknis inti dari pusat.
Pada waktu
pemugaran juga dilakukan konservasi sederhana dalam bentuk pembersihan batu-bat
nisan dari berbagai “penyakit” batu. Di samping itu juga di lakukan penataan
lingkungan serta pemugaran dengan kawat berduri. Juga dilengkapi dengan saran
penunjang seperti:
a) Jaringan pipa air
untu keperluan pengunjung maupun pemeliharaan tanaman (tanam)
b) Rumah jaga untuk
tempat tinggal juru pelihara. Dalam hal ni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menempatkan seorang juru pelihara yang berstatus Pegawai Negri Sipil (PNS).
Juru pelihara pertama dengan status PNS di makam Selaparang adalah Sdr. Lalu
Nurjani.
Catatan penting :
Pada waktu penataan lingkungan dan
pemugaran, ada beberapa makam “non arkelogis” yang letaknya sangat dekat dengan
situs, pada bagian tenggara kompleks makam. Untuk keperluan pengamanan situs
selanjutnya, dan juga untuk keserasian dengan lingkungan secara keseluruhan,
maka itu kmudian “dimasukkan” ke dalam lingkungan situs yang berada di dalam
pagar. Hal ini sesuai dengan hasil permufakatan dengan pihakpihak yang
berkepentingan. Juga telah di sepakati oleh semua pihak bahwa seluruh tanah di
dalam pagar menjadi bagian dari situs.
2.6.Makam Seriwa
1. Lokasi
Situ makam
Seriwa terletak di atas sebuah bukit kecil di dusun Seriwa, Desa Pejanggik.
Kecamatan praya, kabupaten Lombok Tengah lebih kurang 37 km dari Mataram.
Bukit tempat makam berada di sebut juga
bukit Sariwa. Terletak di sebelah jalan yang menghubungkana kota praya (ibukota
kabupaten Lombok Tengah) , dengan kota-kota kecamatan lain di bagian selatan
Kabupaten Lombok Timur. Letak makam yang demikian menyebabkan lokasi tersebut
mudah di jangkau dengan segala jenis kendaraan.
2. Tinjauan sejarah dan
arkeologi
Oleh
masyarakat setempat, makam ini di kenal sebagai makam Datu pejanggik. System
pemakaman di atas bukit merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak zaman
Hindu, hingga setelah masuknya agama Islam. Tradisi ini di dasari oleh suatu
konsepsi pemikiran bahwa pada tempat-tempat yang tinggi (seperti di puncak
bukit) adalah tempat yang suci, dan disitulah tempat bersemayam roh nenek
moyang dan para dewa. Dengan memekamkan seorang tokoh pada “tempat yang tinggi”
juga dapat di artikan sebagai suatu bentuk kehormatan dari yang masih hidup
kepada yang sudah meninggal (nenek moyang).
Di Lombok
terdapat beberapa buah makam kuna yang terletak di atas bukit, seperti :
-
Makam Wali
Nyatoq, dekat desa Rembitan, kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
-
Makam Batu
Layar, wilayah Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat.
-
Makam Buaq
Bakang, di desa Perigi, Kecamatan Pringganbaya, Lombok Timur.
Di atas
bukit Seriwa, terdapat tiga deretan makam, berjajar arah timur-barat.
Makam-makam utama terletak pada deretan paling utara atau deret ke tiga dari
seletan, yang sebenarnya tepat berada di tengah-tengah (puncak) bukit. Pada
ujung barat deretan ini terdapat sebuah makam yang diberi cungkup. Makam inilah
yang paling dikeramatkan. Inilah yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai
makam Datu Pejanggik, yaitu Pemban Aji.
Pejaggik adalah
satu di antara “kerajaan” yang di anggap tua di Lombok. Saying, sumber-sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan menurut disiplin ilmu sejarah tentang hal ini
sangat kurang,sehingga kapan kerajaan pejanggik ini muncul belum dapat di
tentukan. Satu-satunya sumber yang ada hanyalah sumber lokal, sebagaimana babad
yang kita ketahui, sumber-sumber yang demikian yang mengandung banyak kelemahan
bila hendak digunakan sebagai rekonsrtuksi sejarah.
Menurut
parah ahli, “kerajaan-kerajaan” kecil seperti Pejanggik ini banyak jumlahnya di
Lombok. Masing-masing di pimpin oleh seorang yang bergelar “datu”. Di dalam
lontar “babad selaparang” disebutkan bahwa salah seorang “datu” pejanggik
bernama Prabu Dewa Kusuma, sedangkan sumber lain menyebutkan nama Dewa Mas Panji.
Apakah tokoh-tokoh ini yang di makamkan di makam Seriwa ini, belum jelas
sumber-sumber lokal menyebutkan bahwa raja-raja pejanggik ini memekai gelar
“datu”,”raja” ,”Pemban Aji”, dan sebagainya. Gelar-gelar semacam ini sering
dihubungkan dengab kedudukan “raja”, dan lebih banyak mencerminkan unsur
lokanya.
3. Pemugaran
Kompleks
makam Seriwa telah di pugar oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan
dana proyek pemugaran dan pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Nusa
Tenggara Barat tahun anggaran 1981/1982. Pemugaran dilaksanakan secara
swakelola oleh Bidang Permusiuman, serajarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah
Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Sesuai
dengan prinsip-prinsip pemugaran,diusahakan secara maksimal untuk mengembalikan
sesuai dengan aslinya,walaupun bukan dalam arti mutlak.Perubahan yang dilakukan
“terbatas” pada hal-hal yang sifatnya ”terpaksa”,demi untuk membuat bangunan
itu bertahan lebih lama,misalnya,bila pada fondasi yang asli batu-batu itu hanya disusun dengan
bahan perekat tanah,maka dalam pemugarannya digunakan “Portland cement”
(PC).Tetapi,batu yang dipasang adalah batu yang semula yang ada disitu
(asli).Pada beberapa bagian,batu yang hilang diganti dengan batu yang
baru,namun sejenis.
Sebagai
upaya penataan lingkungan,dibuatlah jalan setapak,pagar keliling dengan pagar
kawat berduri,dan pintu masuk.Untuk kepentingan pemeliharaan dan perawatan
selanjutnya,juga dibuatkan sebuah rumah jaga,sebagai tempat tinggal juru
pelihara.
Pulau Lombok adalah suatu pulau yang berada ddi dekat Bali, bahkan ada yang
menyebutnya the Sister of Bali karena keindahannya tidak kalah menarik dengan
Bali. Di Pulau ini tempat aku dilahirkan, tepatnya di kecamatan Ampenan, Kota
Mataram. Walaupun saat ini, ane telah cukup lama meninggalkan pulau ini dan
sekarang tinggal di Bandung, namun pulau ini menyimpan kenangan indah bagi ane.
Buat ane pulau Lombok adalah pulau yang nyaman, jauh dari kebisingan layaknya
kota-kota besar di Indonesia, dan memiliki keindahan Alam yang natural dan
menarik. So, it’s Amazing Island. Sungguh bangga aku dilahirkan di pulau ini.
Mungkin bagi agan-agan yang belum pernah di pulau Lombok ini, ane ingin berbagi
pengetahuan kepada agan-agan tentang pulau indah ini.
[quote=”Pulau Lombok”]
Pulau Lombok
Pulau Lombok (jumlah penduduk pada tahun 2001: 2.722.123 jiwa) adalah sebuah
pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat
Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa.
Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi
barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km²,
menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di
dunia. Kota utama di pulau ini adalah Kota MataramSehari di Lombok, Kemana
Saja?
Penerbangan menuju dan dari Lombok,
Nusa Tenggara Barat kini semakin banyak dan murah. Hal ini memberikan peluang
kepada para wisatawan untuk datang ke Lombok bukan pada musim liburan dan tidak
dalam waktu yang lama. Kendati sehari di Lombok tampak terlalu singkat namun
tetap bisa memuaskan Anda jika bisa memilih objek wisata dengan tepat. Kita
bisa memilih paket sehari menjelajahi kota Mataram dan sekitarnya. Penasaran?
Lokasi pertama yang akan kita sambangi adalah kota Ampenan dan Cakranegara yang
merupakan pusat bisnis kota Mataram. Di Ampenan adalah satu sudut Mataram yang
masih menyisakan bangunan tua. Jika ingin menyaksikan serpihan sejarah di
Ampenan, kita bisa memulainya dari simpang lima yang menghubungkan beberapa
ruas sekaligus yakni jalan Saleng Sungkar, Yos Sudarso, Pabean, Niaga dan
Koperasi. Bangunan arsitektur art deco masih sangat terawat. Di Ampenan kita
bisa melihat wihara Bodhi Dharma yang berdiri sejak tahun 1804.
Setelah puas menyusuri Ampenan, kita
bisa mengunjungi Museum Negeri NTB yang berada di pusat
Kota Mataram tepatnya Jalan Panji Tilar Negara. Museum ini menyimpan 7.387
koleksi berupa koleksi geologi, biologi, etnografi, filologi dan kemarik. Anda
juga akan disuguhi koleksi museum yang dibuka sejak tahun 1982 yakni buaya
muara yang ditempatkan di luar area pameran utama. Buaya yang berasal dari
sunga Ama La HB itu cukup besar yakni dengan pajang 4, 1 meter, lebar 1,2 meter
dan tinggi 0,6 meter.
Kini kita beralih ke Taman Mayura yang indah. Taman Mayura
adalah saksi keberadaan kerajaan Singasari dan orang-orang Bali di Lombok pada
abad 19. Di kawasan seluas 244,60 meter x 138,50 meter ini kita bisa melihat
bale kambang atau bangunan terapung di tengah kolam. Di dalam bale kambang terdapat
patung-patung yang bercirikan Muslim, Cina dan Jawa. Jika mengunjungi Taman
Mayura kita harus menggunakan selendang kecil panjang yang berwarna merah. Cara
harus mengikatnya pun harus menuruti aturan yang berlaku karena antara
pengunjung yang masih lajang dan yang sudah menikah berbeda.
Tak afdol jika wisata ke Lombok, khususnya Mataram
jika tidak berbelanja di Pasar Mandalika, Bertais. Ini adalah pasar tradisional
terbesar di Lombok. Anda bisa membeli aneka oleh-oleh khas Lombok untuk sanak
saudara yang menanti di rumah. Usai membeli oleh-oleh, tujuan terakhir kita
adalah Taman Narmada.
Taman Narmada adalah taman yang dibangun
pada tahun 1805 oleh Raja Mataram Lombok Anak Agung Ngurah Karangasem. Desain
Taman Narmada dibuat meniru suasana yang ada di puncak Gunung Rinjani. Disini
Anda bisa berenang di kolam yang dipercayai akan membuat kita awet muda. Tidak
hanya itu, di Narmada berdiri Puri Kelasa yang merupakan kompleks bangunan
cagar budaya. Di pura ini setiap tahunnya diadakan upacara Pujawali untuk
menghormati Dewa Batara yang dipercaya tinggal di Gunung Rinjani. Bentuk Puri
Kelas seperti punden berundak dan menjadi salah satu pura paling tua di Lombok.
Nah, menarik bukan? Sehari di Lombok yang seru karena
bisa melihat dari dekat situs sejarah, museum dan berbelanja oleh-oleh. Jika
waktu masih tersisa, Anda bisa melihat beberapa objek lainnya di Lombok yang tentu saja tidak jauh dari
kota Mataram. Selamat liburan!